Tampilkan postingan dengan label Thoughts. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Thoughts. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Juni 2017

Apresiasi

Jadi beberapa waktu yang lalu salah satu temen gue nanya, "Udah nonton sulapnya Demian di American's Got Talent belum?"

"Belum"

I'm not a fan of magic or anything related. Gue lebih tertarik nonton Running Man. 

Waktu gue lagi buka facebook, ada video Demian di home gue and it was a great performance. Lalu gak berapa lama berselang, timeline line gue rame tentang Demian. Bukan karena aksinya yang bagus, tapi karena katanya banyak netizen yg komentar negatif tentang aksinya Demian. 

Penasaran.

Gue akhirnya nyari video itu di akun youtube resminya AGT trus nge-scroll kolom komentarnya. Isinya 90% orang Indonesia. Kira-kira ada 2 golongan: orang yang komen negatif tentang aksinya Demian dan orang yang mencoba mengingatkan orang yg komen negatif supaya gak kayak gitu. Bahkan Deddy Corbuzier sampe bikin video khusus untuk orang-orang yang komen negatif.


Trus ujung-ujungnya ada golongan penarik kesimpulan:


Dari sample komentar di atas, random banget, gue teringat momen osjur waktu salah satu pengkader ngomong "apresiasi" trus pengkader lain tepuk tangan untuk mengapresiasi sesuatu yang dilakukan terkader. Yang gue inget, dulu, waktu gue atau angkatan gue ditepuktanganin, gue ada sedikit perasaan lega karena kerjaan gue dihargai walaupun mungkin yang dikerjain itu gak 100% bener. Trus ngeliat isu si Demian ini gue baru sadar, wah ngasih apresiasi penting juga ya.

Kalo dihubungin sama komentar youtube di atas, secara kasar, komentar negatif = gak mengapresiasi = pihak tertentu gak merasa dihargai karyanya. Dan yang paling sedih di sini, orang yang berkarya dan orang yang komen statusnya sama. Sama-sama orang Indonesia.

Kenapa bisa? Apa sulitnya ngasih apresiasi? Atau kalo emang menurut lo itu jelek banget, rather than gives bad comment, kenapa gak diem aja?

Setelah bengong-bengong dikit, IMHO, untuk bisa ngasih apresiasi ke orang lain, you must stands in others shoes. Di kasus Demian ini misalnya, perform kayak gitu pasti butuh banyak persiapan. Persiapan alatnya (bukan cuma yang ada di panggung, tapi juga alat-alat yang dipake buat latihan, prototype atau apalah), mentalnya, dan mikirin triknya. Mau dibilang triknya murahan atau ketebak, dia juga pasti mikirin gimana caranya supaya ga nyelakain diri sendiri atau paling nggak supaya gak ketebak-ketebak amat. Belum lagi performnya di Amerika. Biaya pesawat, biaya tempat tinggal, biaya makan, biaya jajan selama di sana. Semua perencanaannya pasti makan waktu, tenaga, dan biaya.

Kalau dibawa ke skala yang lebih kecil, sama aja kayak kita keburu banyak komen ke kerjaan temen kita tanpa mau ambil waktu sejenak untuk mikir seberapa besar pengorbanan dia untuk ngerjain hal tersebut.

Kan gak kenal.

IMHO, kita gak perlu kenal seseorang dulu untuk tau pengorbanan dia. Dikira-kira aja. Setiap hal yang dilakuin orang pasti ada pengorbanan dan usahanya. Untuk nyontek aja perlu usaha untuk minjem kerjaan orang atau lirik kanan-kiri, apalagi perform sesulit itu?

Kalo gak mau ngasih apresiasi, kenapa gak diem aja?

Karna ybs ga sadar kalo apa yang dia ucapkan bisa ngasih dampak buat orang lain. Menurut gue sesederhana itu. Mungkin satu komen negatif di akun AGT itu ga akan berdampak buat Demian, tapi karena banyak banget yang komen negatif, jadilah Demian bikin hashtag RIP Sulap Indonesia.

Kalau di kehidupan sehari-hari, sama kayak lo bilang temen lo payah. Mungkin bercanda. Sekali atau dua kali dia ketawa. Setiap hari lo bilang begitu pasti dia mikir "gue beneran payah ya?".


Ini pandangan gue. Semoga sedikit banyak bermanfaat buat yang baca. Kesimpulannya: coba ngeliat sesuatu dari perspektif orang lain & sadar kalo apa yang kita lakuin bisa ngasih pengaruh ke orang lain *wink* *wink*


xx.



Sabtu, 22 April 2017

Post pertama setelah nge-delete post jaman dulu


It's been a while.

Sampai lupa rasanya nulis. Sepertinya terakhir aktif nulis waktu tingkat 1. I gave my time for writing up for college which's snatched my whole time. 24/7. Literally.

Accomplished two things on my bucket lists. First, for the first time traveling aboard without my parents. Second, kesampean ngeliat lampu di Garden by The Bay setelah lama banget pengen.

Tersirat ingin mulai nulis lagi setelah ngobrol sama Amel. We kinda have similar hobbies, reading and writing. She told me that she wants to commit in writing. Langsung teringat blog yang udah lama banget dianggurin.


Semoga kedepannya jadi rajin nulis lagi.


xx.